Cinta membawaku
padanya. Sebuah rasa yang menjadikan kami memiliki asa. Tentang bersama dalam
suka. Hingga duka menghinggapi dada. Gundah yang selalu dikalahkan indah. Meski
ada sedih yang membuat pedih tapi angan selalu ada dalam genggaman. Dengannya aku
tak pernah menyimpan tanya. Karena harap akan selalu terjawab. Hingga aku lupa
rasanya sendu. Karena dia pembawa rindu.
Ratusan hingga
ribuan hari telah dijalani. Ada banyak kisah yang membuat kasih semakin
menjauhkan risih. Tertawa hingga tak menyadari bahwa kecewa bisa saja
menghampiri. Mengingat sampai tak berpikir tentang melupakan. Hingga harapan
telah menjadi buaian. Genggaman yang berujung melepaskan. Tak ada lagi yang
bisa dilakukan selain menerima dengan penuh keikhlasan.
Membiarkan
pergi yang sudah terlanjur di hati tak semudah mimpi. Apalagi ketika harus
mengakui bahwa dia adalah inti yang tak lagi bisa dinanti. Melihatnya
bercengkerama dengan Tuhan harusnya membuat diri semakin nyaman. Tapi nyatanya,
hati semakin terperi. Dada bergemuruh riuh. Remuk redam karena lipatan tangan
rapalan doanya dianggap berbeda dengan tengadah tanganku.
Aku dan dia
hanya seorang pemeran. Yang bisa saja dihentikan perannya jika DIA tak mau lagi
adanya kisah. Kami yang awalnya memaksa bersama akhirnya pun harus dipaksa tak
lagi seirama. Menjadikan patah tanpa arah. Mencoba menyembunyikan air mata meski
alirannya sudah semakin deras. Tak ada lagi yang bisa kami lakukan. Selain
menerima segala ketetapanNya. Mengakrabi hati yang patah. Sambil bersiap
membidai apa yang telah tercerai berai. Doa yang sama masih akan terucap.
Hingga dia menemukan masa depan yang bisa diajaknya bersimpuh padaNya dengan
cara yang sama. Dan nantinya, aku pun bisa demikian. Dibersamakan dengan sosok
yang membaca doa makan yang sama. Karena pada akhirnya, manik-manik tasbihku
tetap berbeda dengan manik-manik rosarionya.
akhinya idup lagi nih blog
BalasHapusHahahhaa iyooo akhirnya nulis lagi :D
Hapus