Malam ini aku ingin menulis lagi
tentangmu. Tentang kita. Tunggu. Jangan dulu protes. Aku menulis ini bukan
karena aku merindukanmu. Bukankah sudah pernah aku tulis kalau rinduku sudah
hilang tak berjejak? Merindukanmu saja aku sudah lupa rasanya. Apalagi
mengharapkanmu kembali. Itu sudah tak ada lagi dalam kamus hidupku. Jadi jangan
kau pikir, dengan masih menulis tentangmu, itu artinya aku masih menyimpan
secercah asa untukmu. Sudah tak ada lagi.
Kau memang masih menjadi yang utama.
Topik utama saat aku bercengkerama dengan hatiku. Namamu masih jadi salah satu nama
yang selalu aku sebut saat aku menengadahkan tanganku padaNya. Kamu masih
menjadi sosok utama yang mendominasi pikiranku. Tokoh utama yang merasuki
jiwaku. Kau juga masih menjadi sosok yang spesial untukku. Mungkin tak ada lagi
sosok spesial lain yang bisa menggantikan posisimu. Jangan dulu berbesar hati.
Apalagi berbesar kepala saat kau membaca rangkaian kata dalam kalimat yang aku
tulis tentangmu ini. Kau memang spesial. Tapi bukan sebagai kekasih. Apalagi
sebagai pendamping hidup. Kau adalah teman tumbuh di masa laluku. Kau spesial
karena kau turut andil dalam membentukku menjadi wanita yang tangguh. Peranmu
dalam hal ini sangat banyak. Aku rasa, hanya darimu aku mendapatkan kedewasaan,
kemandirian, keikhlasan, kelegowoan, ketangguhan, kemarahan, kesedihan,
kebahagiaan, kekuatan, dalam satu waktu yang sama. Tak ada teman masa laluku
yang memberikanku sepaket tawa dan tangis seperti dirimu. Itulah mengapa kau ku
sebut spesial.
Oh iya, aku sampai lupa menanyakan
kabarmu. Apa kabar kamu? Apa kau masih suka makan nasi putih dengan porsi yang
banyak? Sudah tak pernah lagi kah kau makan nasi merah seperti yang biasa aku
buatkan untukmu? Makan siangmu pasti berantakan karena tak ada lagi bekal makan
seperti biasa. Masih jugakah kau malas makan sayur? Ahhh..aku rasa perutmu itu semakin
buncit saja. Karena karbohidrat dan lemak yang selalu kau konsumsi berlebihan.
Bagaimana pekerjaanmu? Apakah tas
ranselmu masih selalu penuh dan berat? Adakah kota yang kamu kunjungi selama
beberapa minggu terakhir? Masihkah malammu kau lewatkan dengan duduk di depan
meja kerja kantormu dengan setumpuk berkas-berkas itu? Siapa yang sekarang suka
kau ajak berkeluh kesah tentang pekerjaanmu yang tak pernah ada habisnya itu?
Apakah kau juga masih terbiasa mengendarai motormu tanpa menggunakan jaket?
Teras, ruang
tamu, ruang tengah, kamar-kamar, dapur, kamar mandi, tempat cuci baju, pasti
kau jarang menyapu dan membersihkan debu-debu yang menempel. Tirai dan sprei di
kamarmu pasti juga belum kamu ganti. Bukankah aku selalu bilang bahwa paling
tidak seminggu sekali kamu harus peduli sama keadaan rumah kontrakanmu. Sabtu
pagimu masih sibuk dengan segunung cucian kah? Masih adakah bajumu yang
kelunturan? Berkali-kali sudah aku ingatkan, pisahkan seragam kantor dengan baju-baju
harianmu. Repot ya mengurus semua cucian dan jemuranmu? Biasanya kan Sabtu pagi
kau selalu menjemputku di messku, membawaku ke rumah kontrakanmu, lalu aku
berkutat dengan dapur, membuatkanmu sarapan sebelum aku bertempur dengan cucian
yang selalu bergunung-gunung setiap minggu, sedangkan kamu tinggal menunggu
sarapan dengan menonton televisi di kamarmu.
Apa
saja isi kulkasmu sekarang? Pasti makanan instan semua. Kapan kau mau beli
sayur untuk asupan seratmu? Ingatkah sama hasil laboratorium saat medical check
up terakhirmu? Kolesterolmu meningkat. Sudah selalu aku cerewetin kan untuk
mengurangi makanan yang berminyak-minyak? Asam uratmu juga meningkat. Hobimu
sepertinya juga masih belum berubah. Sering-sering saja konsumsi bebek goreng
penuh lemak dan purin itu kalau kau mau sendi-sendimu bengkak karena
hiperurisemia. Ahh..kau terlalu menganggap remeh semua itu kan? Lihatlah berat
badanmu yang pasti semakin hari semakin bertambah. Kapan kau benar-benar
mau menyadari kalau pola makanmu sudah terlalu berantakan?
Rindukah kau dengan senja yang
selalu kita nikmati keindahannya saat weekend?
Masih seringkah kulitmu yang sudah mulai menggelap itu bermandikan sinar
matahari pantai? Berlarian dengan siapa kau jika ke pantai yang sepi itu?
Apakah kau sudah bisa snorkling dengan
lebih baik lagi? Ataukah kau sudah mulai berani mencoba diving? Siapa yang kau ajak narsis dengan tongsis yang bisa juga
berfungsi sebagai tripod yang ditancapkan ke pasir? Adakah yang menemanimu
tertawa sambil menikmati suara deburan ombak kecil di pantai?
Minggu pagimu masih dihabiskan
dengan futsal? Pulang futsal kau pasti menghabiskan sepiring nasi kuning dengan
bermacam-macam lauknya atau sepiring nasi putih dengan opor ayam yang tentunya
lagi-lagi tanpa sayur. Ataukah ada yang menyambutmu di rumah kontrakanmu dengan
masakan lengkap bahkan beberapa potong buah? Biasakan sepulang futsal itu untuk
mengambil baju-baju yang ada di jemuran. Jangan asal dilempar ke atas kasur.
Lipatlah yang rapi meski tidak langsung kau setrika. Ataukah baju-baju itu
berhari-hari masih kau biarkan tetap di jemuran? Kebiasaanmu masih belum
berubah juga kah?
Ohh iya, seharusnya tak perlu aku bertanya sedetail ini atau
mengkhawatirkanmu. Bukankah kau membatalkan acara pernikahan kita yang tinggal
dua minggu lagi itu karena ada sosoknya? Sosok wanita yang kau panggil dengan
sebutan “ibu negara”. Yang kau posting di instagrammu saat dia memandumu
membuat sepiring spaghetti, beberapa hari setelah kau batalkan acara sakral yang
sudah kita siapkan berdua. Ahh aku benar-benar lupa. Sekarang sudah ada
sosoknya. Bagaimana “ibu negara”mu?
Apakah
dia bisa melakukan tugas negaranya dengan baik? Masakannya seenak masakanku
kah? Pengetahuannya tentang bahan makanan sebagus aku kah? Bisakah dia memilih
dan mengolah makanan yang rendah koleterol dan rendah purin untukkmu yang
sedang mengalami hiperkolesterol dan hiperurisemia? Kalaupun dia bisa, apakah
dia tahu jenis-jenis makanan yang boleh atau tidak boleh untukmu dari internet
atau memang dia sudah tahu dari dulu?
Ehh tapi dia bukan ahli gizi
sepertiku kan? Jadi aku rasa, dia pasti tak tahu banyak bagaimana merawat
kolesterol dan asam urat di tubuhmu agak tak menggila. Apakah dia bisa
menyelesaikan pekerjaan rumah seperti yang selalu aku lakukan dulu? Baikkah
perlakuannya ke kamu? Komplainkah dia setelah tahu sebagian gajimu selalu
lenyap hampir 95% setiap bulannya? Sudah merengekkah dia meminta televisi yang
lebih besar agar kalian bisa punya bioskop di rumah? Terima kah dia dengan
kulkas satu pintumu yang sudah mulai usang itu? Ataukah kalian sudah
membicarakan mahar pernikahan sepaket gadget bermerk buah yang setengahnya
sepertinya sudah dimakan tikus itu? Upss..harusnya aku tak perlu mengetahui
tentang bagaimana hubungan kalian berdua sekarang.
Tenang saja, aku tak akan menganggu
kebahagiaan kalian berdua. Meskipun aku tahu siapa dia, aku tak akan datang ke
hadapannya untuk mengoyak tubuhnya atau malah mencincang dagingnya untuk aku
buat bakso. Aku juga tak akan menyiram wajahmu dengan air keras. Atau meracuni
minumanmu dengan sianida atau sejenisnya. Tenang saja. Aku tak akan bertindak
serendah itu meski kau sudah merendahkanku dan keluarga besarku.
Aku menyapamu kali ini bukan karena
aku merindukanmu. Sekali lagi, aku ulang, bukan karena aku merindukanmu. Aku hanya
ingin menyampaikan, mimpiku yang pernah aku sampaikan padamu dan pernah kita
susun berdua, sudah mulai aku dapatkan satu per satu, dengan kerja keras dan
usahaku sendiri. Kali ini aku menuntut diriku sendiri untuk meraih semuanya,
satu per satu. Tenang saja. Tak akan ada tuntutan atau menuntut kamu memenuhi
semua mimpi kita seperti yang kamu koarkan di orang-orang sekitarmu sebagai
alasanmu untuk menginjakku. Aku mulai mendapatkan titik terang untuk meraih semuanya
sendiri, tanpa kamu.
Kamu bangun saja negaramu bersama
ibu negaramu itu. Konsentrasilah membangun setiap detail negaramu. Berhati-hati
jangan sampai kau membawanya berjalan dan tersandung batu karang. Batu karang yang tumbuh dari kerikil-kerikil
yang sempat kau taburkan pada jalan hidupku dan keluargaku saat ini. Hiduplah
dengan baik bersamanya. Berilah dia penjelasan mengapa 95% gajimu terpotong
secara otomatis setiap bulannya sampai delapan tahun ke depan. Tawarkan dia
untuk hidup tanpa perencanaan masa depan yang matang. Siapa tahu saja dia
sejalan dengan yang kamu pikirkan untuk berkenan hidup let it flow tanpa menyusun rencana dan strategi agar bisa memiliki
sebuah istana mungil, memiliki dapur yang cantik dengan peralatan-peralatan
tempur yang ciamik, memiliki perabotan rumah tangga yang lebih baik, memiliki
tabungan pendidikan untuk anak-anak, memiliki tabungan pensiun, memiliki
tabungan untuk kesehatan, dan memiliki kehidupan masa depan yang lebih layak.
Hiduplah dengan cara pikirmu itu dan hentikan
omong kosongmu tentang tuntutan, menuntut dan dituntut yang mencatut namaku
itu. Karena bagiku, hidup itu berawal dari mimpi. Mimpi direalisasikan dengan
perencanaan yang matang lalu meraih semuanya satu per satu. Berbahagialah
dengan ibu negaramu. Berhati-hatilah agar negaramu nanti tak terguncang gempa
atau malah habis tak bersisa di gulung tsunami. Mencobalah untuk berpikir dan
menyadari, bahwa DIA memunculkan gempa atau tsunami itu karena sebuah sebab.
Karena bisa saja, sakit hatiku dan keluarga besarku menjadi salah satu penyebab
gempa dan tsunami menghampiri negara antah berantah yang sedang kau bangun
bersama ibu negaramu itu.
Salam dari aku,
Gadis yang masih merangkak untuk melupakanmu tapi sudah berlari jauh dari merindukanmu..
hai ka valen, beberapa waktu lalu saya baca tulisan kaka di weepe ( kalo ga salah entah apa nama webnya ) dan sekarang saya mengalaminya, kebalikannya dari kaka karena saya laki2.. sungguh menyentuh dan menginspirasi untuk saya. terimaksih kak
BalasHapus